0 komentar Minggu, 01 Februari 2009




Belakangan kita melihat kecenderungan trend Seni rupa Indie di pusat-pusat senirupa Indonesia. Di Jogjakarta ada Apotik Komik,Daging Tumbuh, Taring Padi, Ruang Mes 56 yang aktifitasnya menggunakan media komik sebagai presentasi seni, kemudian mereka giat berkarya mural di sekujur kota Jogja juga explorasi New media. Demikian pula di Bandung ada Common Room kemudian aktif dalam kelompok Button Culture 21,Ujung Berung Rebels, Ultimus, Balkot, Punk Rock.
Perupa yang kebanyakan masih muda usia itu lincah mengungkap segi-segi perikehidupan urban berikut dengan media ungkapnya. kemudian di Jakarta ada Ruang Rupa, adalah komunitas seni yang bergerak tidak hanya mengedepankan media video tetapi segala hal yang bernafas urban.
Belakangan kelompok ini menggawangi Biennale XIII di Jakarta yang sangat eksploratif.

Seni Indie yang menunjuk pada media, pokok tema dan presentasi yang mengambil unsur, sikap,kebiasaan dan permasalahan urban mewujud pada komik, Mural, Grafiti, video digital, display, software,sistem instalasi, Drawing, Stiker bahkan desain Kaus. Gerakan Indie disebut juga Underground membangun konsep kesenian, problematik, material, cara penyajian dan ruang mediasi yang menyempal dari arus utama.

Lihat cara penyajian mereka yang seakan bergerilya, Daging Tumbuh menyebarkan komik seni mereka lewat duplikasi foto copy, Ruang Mes 56 sendiri adalah rumah hunian biasa yang dikontrak untuk studio sekaligus menjadi ruang pamer. Banyak di antaranya berpameran dalam dunia maya lewat fasilitas Blog.

Sikap berkesenian mereka dengan santai mengangkat narasi-narasi kecil di sekitar kehidupan mereka. Kesenian dijadikan sarana berekspresi dan bermain yang relefan dengan kebutuhan gaya hidup mereka.(Ilham Khoiri, Kompas 7/12/08)

Bagaimana dengan Kota kecil macam Kudus yang seakan jauh dari hingar bingar itu? Di jalan Sunan Kudus, sebuah jalan protokol penting di kudus pada sebuah tembok dari bangunan tua sebelah timur perempatan Jember ada jejak mural yang menarik.

Visualisasinya dekat dengan dunia komik, berupa tiga figur berjajar dengan mimik muka yang seram-seram. Figur yang di tengah adalah anjing besar yang menyeringai sama dengan dua orang di sampingnya tapi dengan mata putih semua. Figur di sebelah kanan lelaki berjenggot, memakai kaus belang khas warok dengan tangan mengacungkan jari simbol Metal (dulu acungan jari ini identik dengan musik keras yang kerap di sebut Metal).

sedang figur di samping kiri adalah lelaki botak, gendut dan beranting. Lidahnya menjulur ke luar dan telanjang dada. Latar belakang dari ketiga figur ini adalah mirip lelehan lendir yang pada bagian-bagian tertentu adalah bulatan mata reptil.

Dengan muatan tema yang profokatif itu Karya ini menarik karena seting tempatnya yang dekat dengan situs menara Kudus yang agamis. Anjing bagi umat muslim adalah binatang najis yang harus dijauhi, simbol jari metal lebih mirip protes bahkan simbol kekerasan dan kebebasan sedang anting bagi lelaki sangat tidak lazim menurut norma awam.

siapakah pembuatnya? karya itu meninggalkan jejak identitas pembuatnya yang nampak nya berkelompok yaitu ANS 76 & CHILD_MAN, AFTON_N451B@Yhaoo.com. Tapi ketika alamat E-mail itu di hubungi rupanya sudah tidak aktif, sayang sekali....